Selasa, 23 Oktober 2012

PENYEBAB MUNCULNYA KENAKALAN REMAJA

Benarkah remaja bermasalah itu sudah biasa? Ada 10 penyebab munculnya kenakalan remaja.
Tapi dengan komunikasi dua arah dan pemantauan dari orangtua, kenakalan remaja bisa
dihindari.

Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang
anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri
dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan
pertemanannya.

Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa
transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap
pengaruh dunia luar yang kurang baik.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan
terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya
tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di
sepanjang rentang kehidupan.

Batasan dan Jenis Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan tindakan melanggar peraturan atau hukum yang dilakukan oleh
anak di bawah usia 18 tahun.

Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti
membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang orangtua
berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-
obat terlarang, dan sebagainya.

Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence,
terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:

1. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja.
Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan
pembunuhan.

2. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum
minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti
peraturan sekolah atau orang tua.

Keluarga yang Memicu?

Menurut Karol Kumpfer dan Rose Alvarado, profesor dan asisten profesor dari University of
Utah, dalam penelitiannya, menyebutkan bahwa kenakalan dan kekerasan yang dilakukan oleh
anak dan remaja berakar dari masalah-masalah sosial yang saling berkaitan.
Di antaranya adalah kekerasan pada anak dan pengabaian yang dilakukan oleh orangtua,
munculnya perilaku seksual sejak usia dini, kekerasan rumah tangga, keikutsertaan anak dalam
geng yang menyimpang, serta tingkat pendidikan anak yang rendah.
Ketidakmampuan orangtua dalam menghentikan dan melarang perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh anak remaja akan membuat perilaku kenakalan terus bertahan.
Faktor-faktor penyebab munculnya kenakalan remaja, menurut Kumpfer dan Alvarado

Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai
anti-sosial.

Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar
sekolah, dan lainnya).

Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.

Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.

Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.
Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.
Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan
kenakalan remaja.

Faktor lingkungan atau teman sebaya yang kurang baik juga ikut memicu timbulnya perilaku
yang tidak baik pada diri remaja. Sekolah yang kurang menerapkan aturan yang ketat juga
membuat remaja menjadi semakin rentan terkena efek pergaulan yang tidak baik.

"Guru yang kurang sensitif terhadap hal ini juga bisa membuat remaja menjadi semakin sulit
diperbaiki perilakunya. Demikian juga dengan guru yang terlalu keras dalam menghadapi remaja
yang bermasalah. Bisa jadi, bukannya ikut meredam kenakalan mereka, malah membuat
kenakalan mereka semakin menjadi," ujar Prof. Arif Rachman, pakar pendidikan dari UNJ.

Sementara M Faisal Magrie, konsultan psikologi remaja dari Asosiasi Berbagi, menyatakan
beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk mencegah munculnya perilaku kenakalan
pada anak remaja.

Menurut Faisal, mengasuh anak yang memasuki usia remaja dapat diandaikan seperti bermain
layangan. "Apabila orangtua menarik talinya terlalu dekat, layangan itu tidak akan bisa terbang.
Namun bila orangtua membiarkan talinya terlalu jauh, layangan tersebut akan putus karena
angin yang kencang, atau hal lain seperti menyangkut di pohon," kata Faisal.

Begitu juga dengan anak remaja, jika orangtua terlalu mengekang anak, yang terjadi adalah
anak tidak mampu berkembang secara mandiri dan mereka akan berusaha untuk melepaskan
dirinya dari kekangan orangtua. Ketika hal ini terjadi, lingkungan sosial, terutama teman sebaya,
akan menjadi pelarian utama si anak.

Apabila ternyata lingkungan sosial tempat anak biasa berkumpul memiliki kecenderungan untuk
melakukan kenakalan remaja, anak juga berpotensi besar untuk melakukan hal yang sama
dengan apa yang dilakukan kelompoknya.

Hal yang sama juga dapat terjadi apabila orangtua terlalu membebaskan anak. Perbedaannya
adalah, anak yang dibebaskan tidak merasakan tekanan sebesar apa yang dirasakan oleh anak
yang dikekang, sehingga dorongan untuk memberontak cenderung lebih kecil dibandingkan anak
yang dikekang.

Berikan batasan yang jelas.

Orangtua disarankan untuk memberikan batasan yang jelas mengenai perilaku apa yang benar-
benar tidak boleh dilakukan oleh anak, misalnya membolos, menggunakan narkoba, dan lain
sebagainya.

Berdiskusilah untuk tawar menawar.

Lakukan tawar menawar melalui diskusi mengenai perilaku lainnya yang dianggap berpotensi
membuat anak menjadi nakal, seperti pulang malam, menginap, atau bahkan memilih pacar.
Biarkan anak menentukan standar moralnya sendiri.

Proses tawar-menawar akan merangsang anak untuk menentukan standar moralnya sendiri. Di
sisi lain hal ini dapat membuat anak lebih menghormati orangtuanya karena telah diberikan
kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri.

Aktif berkomunikasi dengan guru di sekolah.

Pengawasan dan pemantauan orangtua di rumah bisa dilengkapi dengan pengawasan dari guru
di sekolah. Pemantauan terpadu ini akan memberikan banyak masukan yang menyeluruh bagi
orangtua mengenai perilaku anaknya di luar rumah.

Tak Ada Kata Terlambat

Menurut Faisal, tidak ada kata terlambat dalam menangani anak remaja yang terlihat
'melenceng'. Karena di usia ini teman adalah segalanya bagi anak, ia dapat dengan mudah
terpengaruh oleh teman-teman sebayanya.
Untuk mengatasi hal ini, tindakan yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah dengan membuat
kesan bahwa mereka bisa berdamai dengan pilihan anaknya. Dengan begini, orangtua tetap bisa
mengawasi aktivitas dan pergaulan anaknya dengan pasif.
Namun, ada hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua berkaitan dengan hal tersebut. Ketika
orangtua terlalu 'masuk' ke dalam kehidupan anak, pasti anak akan merasa terganggu
privasinya. Ia akan merasa risih dan pada akhirnya justru bersikap tertutup kepada orangtuanya.
Untuk itu, orangtua harus mengusahakan agar tetap terlibat secara pasif, namun jangan sampai
terkesan terlalu ingin ikut campur.

Published with Blogger-droid v2.0.9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar