Kamis, 06 Desember 2012

328 PELAJAR DI JEMBRANA BALI MENGIDAP HIV AIDS KARNA TEKUNI BISNIS ESEX-ESEX

          Data mencengangkan baru-baru ini terungkap.
Ternyata sebanyak 328 warga Jembrana sampai
akhir Maret 2012 ini menghidap HIV/AIDS. Data
ini merupakan data resmi yang diumumkan oleh
Komonitas Jusrnalis Peduli AIDS (KJPA) Bali,
yang baru-baru ini mengadakan pertemuan
dengan Jaringan Jurnalis Jembrana (JJJ). Yang
lebih mencengangkan lagi, penderitanya justru
dari kalangan ibu rumah tangga dan remaja.
Kenyataan ini menyebabkan semua kalangan di
Jembrana merasa prihatin. Masyarakat menuding
pihak pemerintah termasuk legislatif telah gagal
melakukan kontrol terhadap perilaku warga,
terutama di kalangan remaja termasuk para pelajar. Perbekel sebagai ujung tombak penangulangan
HIV/AIDS dianggap tidak mampu mensosialisasikan ke masyarakat terutama bagi desa yang rentan
terhadap penularan, misalnya desa Delod Berawah. Perda No. 1 tahun 2008 tentang penanggulangan
penderita penyakit menular hanya simbol belaka, karena tidak pernah disosialisasikan kepada
masyarakat terutama yang rentan terhadap penularan.
Disamping itu, maraknya bisnis esek-esek yang melibatkan pelajar di Jembrana juga dianggap
sebagai pemicu penularan HIV. LSM peduli HIV/AIDS mengungkapkan, ada 80 orang siswi dari salah
satu sekolah di Jembrana yang bekerja sebagai Cewek Orderan (CO). Kenyataan ini memang tidak
bisa dipungkiri, sangat mudah di Jembrana mencari CO di kalangan pelajar, mulai dari SMP hingga
SMA, karena hampir seluruh penginapan atau Hotel melati memiliki nomer HP CO yang kesemuanya
ABG.
Tarif yang mereka patok untuk sekali kencan tidaklah terlalu mahal untuk ukuran kampung. Jika SMP
para penyedia bisnis esek-esek ini mematok tarif antara Rp200 sampai Rp300 ribu untuk sekali
kencan. Sedangkan tingkat SMA paling mahal cuman Rp250 ribu. “Pinginnya yang mana, SPM atau
SMP, saya tinggal panggil saja,” terang salah seorang penjaga penginapan kelas melati di kota
Negara.
Kenyataan ini membuat gerah semua pihak. Upaya menekan praktek urat syahwat pun dilakukan.
Aparat Pol PP Pemkab Jembrana merespon dengan melakukan oprasi penertiban terhadap para
pelajar yang diduga melakukan perbuatan mesum. Operasi-operasi rutin dilakukan pada malam hari,
dengan menyasar tempat-tempat sepi yang dicurigai sebagai tempat mesum di kalangan pelajar, dan
hasilnya belasan pelajar terjaring saat berdua-duaan di tempat sepi.
Celakanya setelah dilakukan pendataan, 14 pasang pelajar yang terjaring pada operasi, Rabu (25/4)
lalu adalah kalangan pelajar SMP dan SMA. “Operasi ini kita akan lakukan secara rutin untuk
menekan sekecil mungkin perbuatan asusila di kalangan pelajar. Dan untuk yang terjaring operasi kita
lakukan pembinaan dengan menyurati pihak sekolah,” terang Kepala Kantor Pol PP Pemkab
Jembrana, Putu Widarta saat dikonfirmasi di ruang kerjanya pada, Kamis (26/4) lalu.
Masalah ini juga mendapat respon keras dari Ketua DPRD Jembrana, Ketut Sugiasa. Saat dikonfirmasi
terkait maraknya bisnis esek-esek belakangan ini di Jembrana, Sugiasa mengintruksikan kepada
Pemkab Jembrana termasuk SKPD untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap pelajar termasuk
memperketat pengawasan terhadap penginapan dan hotel-hotel melati. “Pengawasan bukan hanya
dilakukan pada perijinan saja, melainkan terhadap tamu pengguna hotel juga perlu ditingkatkan,”
jelasnya. Dengan demikian perilaku menyimpang di kalangan remaja dan pelajar dapat ditekan. Jika
ini bisa dilakukan dirinya optimis maka siklus penyebaran HIV/AIDS dapat diputus.

Published with Blogger-droid v2.0.9

3 komentar: