Kamis, 29 Maret 2012

5 FAKTA PACARAN

‘Pacaran’, sutau kata yang bisa didefinisikan secara singkat sebagai ikatan cinta antara seorang pria dan wanita (bukan di dalam pernikahan).  Banyak tujuan dan alasan dari pasangan pelaku pacaran. Ada yang bertujuan dan beralasan ‘untuk mengenal lebih dalam’, atau ‘mencari status’, atau ‘sekedar bersenang-senang saja’ atau ‘sekedar memanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan keperluannya’.
Sebagian besar orang berfikir bahwa pacaran adalah suatu keharusan sebelum menuju ke jenjang berikutnya yaitu pernikahan.  Namun tahukah kamu? Banyak fakta kepalsuan di dalamnya yang tidak dimengerti oleh mereka pelaku pacaran itu sendiri.


Berikut 5 fakta  pacaran :

1. Sifat Asli Takkan Ditemui
Boleh jadi kamu beralasan pacaran untuk mengenal sifat atau karakter pasangan itu sendiri. Tapi tahukah kamu? Seseorang akan memanipulasi sifat-sifatnya ketika berpacaran. Menampilkan hanya baik-baiknya saja dan berusaha menutupi sifat-sifat jeleknya ketika berada bersama pacarnya. Terlihat begitu manis mempesona, sabar, pengertian dan lain sebagainya.
Karakter sifat asli dari seseorang akan muncul pada saat seseorang dalam keadaan panik, kesal, marah, dalam sedang menghadapi masalah, dan dalam keadaan pikiran kacau. Karakter ini biasanya akan terlihat pada saat hubungan pacaran mereka berada di ujung tanduk. Saling menyalahkan satu dengan yang lainnya, saling menghujat, memaki, dan banyak lagi sifat-sifat aslinya muncul. Membuat mata dan fikiranmu tidak percaya dan berkata ‘beginikah sifat orang berpacaran yang dulu terlihat manis mempesona’?
Janganlah tertipu saat seseorang dalam kondisi suasana hati baik, coba perhatikan pada saat kondisi suasana hatinya buruk juga. Sebab, antara suasana hati baik dan buruk dipengaruhi oleh sifat bawaan yang terbentuk menjadi nilai sikap hidup dalam memandang dan menghadapi masalah yang ditemui.
Seseorang yang dikatakan bersifat baik dalam kondisi apapun itu meski buruk suasana hati tentu tidak akan melampiaskan kemarahan atau kekesalan kepada seseorang tanpa alasan yang jelas.

2. Janji Tak Bisa Dipegang
Janji tak bisa dipegang artinya tak dapat dipercaya karena dalam berpacaran ada unsur-unsur yang dimanipulasi dan sikap tidak jujur baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap pacarnya. Yang penting saat ini bisa menyenangkan hati kekasihnya, urusan apakah janji itu kedepannya bisa terlaksanakan atau tidak itu hal lain.
Hakikatnya, jiwa orang pelaku pacaran masih labil antara pikiran, perasaan. Cenderung berubah-ubah tak menentu, sebab dominan meragukan karena belum ada pegangan untuk mempertanggungjawabkan seperti halnya hubungan suami istri dalam ikatan rumah tangga. Jadi, bagaimana mungkin bisa dipegang setiap apa yang dijanjikan sedang dirinya sendiri belum bisa memastikan bisakah mewujudkannya.
Perubahan yang disebabkan jiwa yang labil dan tidak adanya rasa tanggung jawab niscaya mengikuti perubahan tersebut tanpa alasan yang jelas. Secepat kilat, goyah terhembus angin, tak punya pendirian, meragukan kemampuan diri sendiri dan meragukan rasa sayang kekasihnya.

3. Pacaran itu Bukan Ikatan tapi Status
Banyak orang mengingkari kenyataan ini, mengganggap pacaran adalah suatu ikatan. Pacaran itu bukan ikatan tapi status, makanya dikenal dengan istilah ‘jadian’. Selain itu tidak ada saksi, sehingga yang tahu hanya mereka berdua bersifat sembunyi-sembunyi.
Berbeda sekali dengan Menikah. Itu adalah ikatan sah menurut dua hukum, kukum negara dan hukum agama, sehingga pertanggungjawaban semakin jelas jika disalahsatunya melanggar kewajiban dan terikat hukum yang tercantum undang-undang perkawinan.
Contohnya, jika ada seorang cewek yang hamil saat masih pacaran lalu meminta pertanggungjawaban apa itu wajar? Jawabnya: tidak wajar, sebab cewek tersebut melakukannya suka sama suka tidak ada keterpaksaan. Lalu harus bagaimana kalau sekiranya cowoknya tidak mau bertanggungjawab karena alasan suka sama suka?  Tentunya ada segudang permasalahan berikutnya yang harus dihadapi.

4. Membuang Waktu Sia-sia
Banyak waktu yang tersisihkan untuk berdua-duaan padahal masih banyak tugas dan tanggung jawab lain yang harus diselesaikan. Seringkali terjadi sampai lupa makan, semata-mata untuk berkencan (alias tidak tau waktu).

5. Gelisah Disebabkan Tidak Memiliki Seutuhnya
Akan timbul kegelisahan, kecurigaan yang berlebihan disebabkan karena semua tidankan tidak terikat oleh hukum negara maupun hukum agama, sehingga rasa tanggungjawab individu kurang diperhatikan. Selain itu, karena tidak bisa memiliki seutuhnya dalam arti hanya jasadnya sedangkan jiwanya masih bebas.
Pasangan suami istri sudah memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang harus dipenuhi. Sedangkan dalam pacaran seringkali hanya menuntut  hak saja sedang kewajiban sering diabaikan. Memperlihatkan sikap menguasai satu sama lain. Siapa diantara mereka yang menguasai itulah yang harus dituruti kemauan dan keinginannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar